Bermula dari Indekos Begini Sejarah Museum Sumpah Pemuda
Sudah sejak 93 tahun lalu, Sumpah Pemuda diperingati setiap tanggal 28 Oktober. Hari tersebut dimaknai sebagai tanda bangkitnya semangat para pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.Ada tiga keputusan Kongres Pemuda Kedua yang kini cukup dikenal, yaitu menegaskan cita-cita akan ada tanah air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia.
Namun dibalik itu mungkin tak banyak yang tahu dimana lokasi tercetusnya Sumpah Pemuda. Tiga keputusan kongres tersebut diikrarkan di Gedung Kramat 106 yang hingga kinimasih berdiri megah di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.
Meski bangunan disekitarnya sudah disulap dengan konsep kekinian, ciri khas gedung tersebut masih sama seperti dulu. Pemerintah telah menetapkannya menjadi cagar budaya Museum Sumpah Pemuda.
Rupanya sebelum ditetapkan sebagai cagar budaya, Gedung Kramat 106 sempat beberapa kali beralih fungsi, mulai dari indekos, toko bunga, hotel,hingga perkantoran. Simak perjalanan sejarahnya berikut!
Awalnya indekos
Gedung Kramat 106 sebenarnya adalah rumah milik seorang etnis Tionghoa, Sie Kong Liong. Sekitar tahun 1908, ia membeli rumah tersebut dan menjadikannya indekos. Pelajar sekolah kedokteran School tot Opleiding van Indilandsche (Stovia) dan pelajar sekolah hukum Rechtsschool (RH) banyak yang tinggal disana.
Gedung yang dikenal dengan nama Commensalen Huis ini pernah ditinggali beberapa tokoh gerakan pemuda seperti Muhammad Yamin, Amir Sjarifoedin, Soerjadi, Assaat, Abu Hanifat, Abas, Hidajat, Ferdinan Lumban Tobing,Soenarko, Koentjoro Poerbopranoto, Mohammad Amir, Roesmali, Mohammad Tamzil, Soemanang, Samboedjo Arif, Mokoginta, Hassan, dan Katjasungkana.
Pada tahun 1925, anggota Jong Java mulai menempati Gedung Kramat 106. Mereka harus membayar sewa 12,5 sampai 20 gulden Hindia Belanda. Biaya tersebut sudah termasuk tiga kali makan dan mencuci pakaian.
Gedung pertemuan
Semakin hari, penghuninya semakin beragam. Tak hanya Jong Java, pemuda Jong Sumatranen Bond, Jong Celebes, dan Jong Ambon pun turut tinggal disana. Berbagai organisasi kepemudaan seperti Sekar Roekoen, Pemuda Indonesia, dan Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) juga pernah menggelar kongres disana.
Lantaran digunakan berbagai organisasi, gedung tersebut pun berganti nama. Sekitar tahun 1927 namanya diubah dari Langen Siswo menjadi Indonesische Clubhuis atau Clubgebouw yang artinya gedung pertemuan.
Lokasi Kongres Pemuda Kedua
Pada 15 Agustus 1928, gedung ini diputuskan menjadi salah satu tempat penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua. Dari beberapa lokasi yang ada, Gedung Kramat 106 dipilih menjadi tempat pamungkas untuk membacakan ikrar Sumpah Pemuda.
Rumah Tinggal
Sayangnya setelah kongres berakhir, fungsi Indonesische Clubhuis kembali seperti semula. Lantaran sudah banyak yang lulus, tahun 1934 para pelajar tidak melanjutkan sewanya. Gedung tersebut lantas disewa Tjem Jam menjadi rumah tinggal mulai 1934-1937.
Toko Bunga
Rupanya tak sampai disitu. Dari rumah tinggal, gedung tempat cikal bakal sumpah pemuda tercetus sempat pula beralih fungsi menjadi toko bunga. Seorang penyewa bernama Loh Jing Joe menggunakannya sebagai toko bunga pada tahun 1937-1948.
Hotel
Rentang tahun 1951-1970, Gedung Kramat 106 beralih fungsi menjadi hotel yang diberi nama Hersia.
Kantor Inspektorat Bea dan Cukai
Gedung Kramat 106 juga sempat menjadi kantor ketika disewa oleh Inspektorat Bea dan Cukaipada tahun 1951-1970.
Museum
Gedung bersejarah tersebut akhirnya baru resmi dikelola sebagai museum usai dilakukan pemugaran sekitar tahun 1973. Namun, meski berstatus sebagai museum, baru pada tahun 2013 statusnya berubah menjadi cagar budaya peringkat nasional melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 254/M/2013.
Sekian lama berstatus sebagai cagar budaya, dalam waktu dekat Museum Sumpah Pemuda akan mengalami revitalisasi. Rencananya ada 3 ruangan di Museum yang akan diubah menjadi lebih rapi dan tertata dengan sentuhan digital modern. "Kekinian tetapi tetap dengan sejarahnya," ujar Titik Umi Kurniawati, Kepala Museum Sumpah Pemuda.
Diperkirakan proses revitalisasi ini akan memakan waktu selama kurang lebih 2 bulan. Targetnya di awal tahun nanti Museum Sumpah pemuda sudah berubah wajah dengan semangat dan energi yang baru.
Menarik kan? Bersamaan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, tak ada salahnya Anda menjadikan museum sebagai salah satu destinasi wisata untuk belajar sejarah sekaligus mengenang kembali semangat perjuangan para pemuda Indonesia.
Saat berkunjung nanti, pastikan Anda sudah vaksin dan terkonfirmasi di aplikasi PeduliLindungi, dan jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan dengan menerapkan 6M, mulai dari menggunakan masker dengan benar, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan, membatasi mobilitas, dan menghindari makan bersama.
Informasi mengenai pariwisata dan ekonomi kreatif lainnya,bisa Anda dapatkan dengan cara follow akun Instagram:@pesonaid_travel, Facebook: Pesonaid_travel, dan kunjungi website www.indonesia.travel.
Untuk yang masih harus #DirumahAja,Kamu juga bisa ikutan PUKIS atau Pesona Punya Kuis setiap hari Selasa di setiap pekannya. Caranya? Follow akun Instagram @pesonaid_travel, lalu like postingan terbaru PUKIS pada feed. Jawab pertanyaan di kolom komentar dan jangan lupa mention juga 3 temanmu untuk ikutan kuis ini, ya! Raih beragam hadiah menarik dari Pesona Indonesia. Yuk, ikutan!
(adv/adv)
0 Response to "Bermula dari Indekos Begini Sejarah Museum Sumpah Pemuda"
Post a Comment